Serangan siber sektor keuangan terus menjadi ancaman serius di era digital, khususnya pada tahun 2025 yang ditandai dengan meningkatnya aktivitas transaksi online. Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menegaskan bahwa sektor perbankan, fintech, hingga investasi digital menghadapi tiga tantangan utama yang harus segera diantisipasi.
Laporan terbaru BSSN menunjukkan bahwa kejahatan digital tidak hanya menargetkan kelemahan sistem keamanan, tetapi juga memanfaatkan kelengahan sumber daya manusia serta regulasi yang belum sepenuhnya adaptif dengan perkembangan teknologi.
1. Ancaman Serangan Siber yang Kian Kompleks
Menurut BSSN, serangan siber sektor keuangan kini tidak lagi sebatas phising dan malware sederhana. Para peretas memanfaatkan Artificial Intelligence (AI) untuk melakukan serangan yang lebih canggih, seperti deepfake, social engineering berbasis data besar, hingga serangan otomatis ke server perbankan.
Data BSSN tahun 2024 menunjukkan ada lebih dari 1,2 juta upaya serangan siber yang ditujukan ke lembaga keuangan Indonesia. Angka ini diprediksi meningkat pada 2025 seiring dengan adopsi digitalisasi yang semakin luas di sektor perbankan dan pembayaran.
2. Keterbatasan Sumber Daya Manusia
Selain masalah teknologi, sumber daya manusia (SDM) juga menjadi tantangan besar. Banyak perusahaan keuangan yang belum memiliki tim keamanan siber memadai. Minimnya tenaga ahli membuat respons terhadap insiden siber sering terlambat.
BSSN menekankan bahwa edukasi karyawan tentang serangan siber sektor keuangan sangat penting, karena 60% kebocoran data justru terjadi akibat kelalaian internal. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan literasi digital bagi SDM keuangan harus segera menjadi prioritas.
3. Regulasi dan Kepatuhan yang Masih Lemah
Tantangan lain adalah regulasi. BSSN menilai bahwa aturan mengenai perlindungan data pribadi dan standar keamanan digital di sektor keuangan masih perlu diperkuat.
Misalnya, banyak bank kecil dan lembaga fintech yang belum menerapkan framework keamanan siber internasional, seperti ISO/IEC 27001. Hal ini membuat mereka lebih rentan terhadap serangan siber sektor keuangan.
Pemerintah melalui Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BSSN berencana memperketat aturan terkait perlindungan data dan keamanan digital agar sesuai dengan standar global.
Dampak Serangan Siber pada Sektor Keuangan
Dampak dari serangan siber sektor keuangan sangat merugikan, baik bagi perusahaan maupun masyarakat. Kerugian bisa berupa:
-
Hilangnya dana nasabah akibat pencurian data.
-
Kerusakan reputasi perusahaan keuangan.
-
Menurunnya kepercayaan publik terhadap layanan digital.
-
Biaya tambahan untuk pemulihan sistem dan kompensasi nasabah.
Berdasarkan laporan Cybersecurity Ventures, kerugian global akibat serangan siber diperkirakan mencapai 10,5 triliun dolar AS pada 2025, dengan sektor keuangan menjadi target utama.
Tren Baru Serangan Siber di 2025
Tahun 2025 diprediksi membawa tren baru dalam serangan siber sektor keuangan, seperti:
-
Ransomware-as-a-Service (RaaS): peretas kini menjual jasa ransomware kepada kelompok kriminal lain.
-
Serangan ke Blockchain & Kripto: meningkatnya investasi kripto membuka celah baru bagi hacker.
-
Supply Chain Attack: serangan dilakukan lewat vendor pihak ketiga yang bekerja sama dengan lembaga keuangan.
-
AI-Powered Phishing: email dan pesan penipuan terlihat lebih meyakinkan karena dibuat dengan teknologi AI.
Upaya Mitigasi dan Strategi Pertahanan
Untuk menghadapi serangan siber sektor keuangan, BSSN mendorong beberapa langkah mitigasi, di antaranya:
-
Peningkatan Infrastruktur Keamanan Digital
Bank dan fintech perlu berinvestasi pada firewall generasi terbaru, sistem deteksi intrusi, serta pemantauan jaringan berbasis AI. -
Edukasi dan Pelatihan SDM
Pelatihan rutin mengenai phishing, keamanan password, hingga simulasi serangan siber sangat penting untuk mengurangi risiko dari faktor manusia. -
Kolaborasi dengan Pemerintah dan Pihak Ketiga
Lembaga keuangan diimbau untuk bekerja sama dengan BSSN, OJK, serta penyedia jasa keamanan siber untuk membangun ekosistem digital yang lebih aman. -
Penerapan Regulasi yang Tegas
Penerapan standar keamanan data berbasis ISO dan compliance regulasi harus ditegakkan secara menyeluruh di sektor keuangan.
Baca juga : Keamanan Siber Indonesia Raih Sertifikasi CREST Pathway+
Kesimpulan
Serangan siber sektor keuangan pada tahun 2025 menjadi isu serius yang tidak bisa diabaikan. BSSN telah mengingatkan adanya tiga tantangan utama, yaitu serangan yang semakin kompleks, keterbatasan SDM, serta regulasi yang belum optimal.
Dengan langkah mitigasi yang tepat, kolaborasi antar lembaga, dan peningkatan literasi digital, sektor keuangan Indonesia diharapkan mampu menghadapi ancaman siber sekaligus menjaga kepercayaan masyarakat terhadap layanan digital.