Pasar Hewan Indonesia dan Ancaman Kesehatan Global
Pasar Hewan Indonesia adalah salah satu pusat perdagangan yang masih menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat. Dari pasar tradisional hingga pusat jual beli besar, hewan dijual untuk kebutuhan konsumsi, peliharaan, hingga ritual adat. Namun, di balik aktivitas ekonomi tersebut, ada risiko besar yang sering diabaikan: potensi penyebaran penyakit.
Para ahli memperingatkan bahwa pasar hewan Indonesia bisa menjadi sumber penyakit menular jika tidak ada regulasi jelas. Hewan sering dijual dalam kondisi tidak sehat, bercampur antarspesies, dan minim pengawasan medis. Kondisi inilah yang meningkatkan risiko munculnya zoonosis, penyakit yang menular dari hewan ke manusia.
1. Pasar Hewan Indonesia Minim Regulasi dan Pengawasan
Regulasi menjadi tantangan utama di pasar hewan Indonesia. Sebagian besar pasar hanya diawasi dari sisi administrasi, bukan dari kesehatan. Pemeriksaan dokter hewan jarang dilakukan, dan banyak pasar yang bahkan tidak memiliki fasilitas medis sama sekali.
Kondisi ini memungkinkan hewan yang terinfeksi tetap diperdagangkan. Penyakit seperti flu burung, rabies, atau antraks bisa menyebar dengan cepat dalam pasar yang padat. Para pakar menilai, jika pasar hewan Indonesia terus beroperasi tanpa regulasi ketat, risiko lahirnya penyakit baru sangat besar.
2. Risiko Penyakit Zoonosis di Pasar Hewan Indonesia
Zoonosis adalah penyakit yang menular dari hewan ke manusia, dan pasar hewan Indonesia menjadi titik rawan penyebarannya. Penyebabnya antara lain:
-
Hewan dari berbagai daerah bercampur tanpa karantina.
-
Satwa liar masih diperdagangkan di beberapa pasar.
-
Kontak langsung antara hewan dan manusia terjadi tanpa perlindungan.
WHO mencatat bahwa lebih dari 60% penyakit menular pada manusia berasal dari hewan. Jika pasar hewan Indonesia tidak segera dibenahi, kemungkinan lahirnya penyakit baru tetap tinggi.
3. Kebersihan Pasar Hewan Indonesia Masih Buruk
Kebersihan menjadi masalah serius di banyak pasar hewan Indonesia. Drainase yang buruk, lantai becek, dan kandang seadanya membuat lingkungan pasar sangat rentan. Hewan kerap ditempatkan dalam kandang sempit dan bercampur dengan spesies lain.
Sampah organik serta limbah kotoran hewan jarang dikelola dengan baik. Bahkan, pedagang dan pembeli sering berinteraksi dengan hewan tanpa alat pelindung diri. Inilah sebabnya pasar hewan Indonesia menjadi tempat ideal bagi virus, bakteri, dan parasit berkembang.
4. Dampak Ekonomi Jika Pasar Hewan Indonesia Jadi Sumber Wabah
Pengalaman pandemi COVID-19 membuktikan betapa besar dampak ekonomi dari wabah penyakit. Jika pasar hewan Indonesia menjadi sumber penyakit menular baru, kerugian yang ditimbulkan bisa sangat besar.
Peternakan bisa lumpuh, konsumsi daging menurun, hingga perdagangan ekspor terkena imbas. Para ahli ekonomi memperkirakan bahwa wabah zoonosis dari pasar hewan Indonesia dapat menyebabkan kerugian hingga 3% dari PDB nasional.
5. Pasar Hewan Indonesia Masih Menjual Satwa Liar
Selain hewan ternak, banyak pasar hewan Indonesia yang masih memperjualbelikan satwa liar. Hewan seperti kelelawar, burung liar, dan reptil sering ditemukan di pasar tradisional.
Padahal, satwa liar berisiko tinggi membawa virus berbahaya. Kelelawar, misalnya, diketahui sebagai reservoir virus corona. Jika perdagangan satwa liar di pasar hewan Indonesia tidak dihentikan, ancaman munculnya penyakit baru akan semakin meningkat.
6. Kurangnya Edukasi Kesehatan di Pasar Hewan Indonesia
Pedagang dan pembeli di pasar hewan Indonesia sebagian besar belum memahami risiko zoonosis. Banyak yang beranggapan hewan sehat tidak bisa menularkan penyakit, padahal kenyataannya berbeda.
Program edukasi kebersihan, penggunaan alat pelindung, serta pemahaman tentang zoonosis perlu digencarkan di setiap pasar hewan Indonesia. Tanpa edukasi, regulasi apapun akan sulit diterapkan di lapangan.
7. Upaya Pencegahan untuk Pasar Hewan Indonesia
Untuk mencegah risiko penyakit, sejumlah langkah harus diterapkan di pasar hewan Indonesia, seperti:
-
Regulasi ketat tentang kebersihan pasar.
-
Pemeriksaan rutin kesehatan hewan.
-
Larangan jual satwa liar.
-
Penyediaan fasilitas air bersih dan pengelolaan limbah.
-
Edukasi pedagang serta pembeli mengenai zoonosis.
Jika kebijakan ini dilaksanakan dengan konsisten, maka pasar hewan Indonesia tetap bisa menjadi pusat ekonomi yang aman bagi masyarakat.
Studi Kasus: Pasar Hewan Indonesia dan Flu Burung
Kasus flu burung pada 2003–2007 menjadi bukti nyata. Ribuan unggas di pasar hewan Indonesia terinfeksi, dan ratusan orang meninggal. Penyebaran virus H5N1 ini memperlihatkan bagaimana pasar hewan Indonesia bisa menjadi jalur cepat penyebaran penyakit.
Pandangan Ahli tentang Pasar Hewan Indonesia
Beberapa organisasi internasional turut menyoroti pasar hewan Indonesia:
-
WHO: menekankan pentingnya pengawasan ketat.
-
FAO: memperingatkan bahaya perdagangan satwa liar.
-
Epidemiolog Indonesia: menyebut pasar hewan sebagai “titik panas” penyakit menular.
Baca juga : Peran Kebun Binatang dalam Konservasi Hewan
Kesimpulan: Pasar Hewan Indonesia Harus Berubah
Pasar Hewan Indonesia memiliki peran penting dalam budaya dan ekonomi, tetapi juga menyimpan ancaman besar bagi kesehatan global. Tanpa regulasi ketat, pasar hewan bisa menjadi sumber lahirnya penyakit baru yang membahayakan masyarakat.
Tujuh fakta di atas menjadi peringatan bahwa perubahan sistem di pasar hewan Indonesia harus segera dilakukan. Jika tidak, pasar ini bisa menjadi titik awal pandemi berikutnya.