Banjir Bandang Sumatra: Pakar UGM Ungkap Penyebab Utama dari Kerusakan Hutan di Hulu

Banjir bandang Sumatra kembali menjadi perhatian nasional setelah sejumlah wilayah di Pulau Sumatra dilanda bencana besar yang menyebabkan kerusakan infrastruktur, terganggunya aktivitas masyarakat, serta korban jiwa. Di tengah kekhawatiran publik, pakar lingkungan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) memberikan penjelasan mengenai penyebab utama bencana tersebut. Menurut para ahli, kerusakan hutan di bagian hulu menjadi faktor dominan yang memperparah terjadinya banjir bandang dalam beberapa tahun terakhir.
Penjelasan ini hadir sebagai pengingat bahwa bencana alam seperti banjir bandang Sumatra tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan merupakan akumulasi dari aktivitas manusia yang merusak ekosistem alam dalam jangka panjang.
H2: Kerusakan Hutan di Hulu Jadi Faktor Utama Banjir Bandang Sumatra
Dalam penjelasannya, pakar UGM menegaskan bahwa hilangnya tutupan hutan di wilayah hulu sungai adalah akar masalah yang mempercepat terjadinya banjir bandang Sumatra. Penebangan hutan secara besar-besaran, perubahan fungsi lahan, dan pembukaan perkebunan tanpa kajian lingkungan yang memadai membuat kawasan hulu tidak lagi mampu menyerap air dengan baik.
Ketika curah hujan tinggi, air yang seharusnya tertahan oleh akar pohon langsung mengalir deras ke hilir, membawa material lumpur, batu, dan kayu. Inilah yang menjadikan banjir bersifat bandang—datang cepat, membawa arus kuat, dan berdampak sangat luas.
H2: Proses Terjadinya Banjir Bandang Sumatra Menurut Ahli
Para ahli dari UGM menjelaskan bahwa banjir bandang Sumatra terjadi melalui beberapa tahap, yang semuanya berkaitan dengan kerusakan hutan dan tata ruang tidak berkelanjutan.
H3: 1. Hilangnya Resapan Air
Hutan yang gundul membuat tanah tidak mampu lagi menahan air. Pada musim hujan, air langsung turun ke sungai dengan cepat dan dalam volume besar.
H3: 2. Penyumbatan Sungai oleh Material Alam
Tanah longsor dari wilayah berbukit membuat sungai dipenuhi material kayu dan batu. Ketika arus semakin kuat, material tersebut terseret ke pemukiman.
H3: 3. Debit Air Meningkat Drastis
Dalam beberapa kasus, peningkatan debit terjadi hanya dalam waktu beberapa jam setelah hujan deras turun.
H3: 4. Arus Bandang Menghantam Hilir
Arus kuat inilah yang menjadi ciri utama banjir bandang Sumatra, menyebabkan kerusakan lebih parah dibanding banjir biasa.
H2: Pakar UGM: Banjir Bandang Sumatra Tidak Bisa Dipisahkan dari Aktivitas Manusia
Menurut pakar hidrologi UGM, kerusakan ekosistem yang menyebabkan banjir bandang Sumatra tidak hanya disebabkan oleh hujan ekstrem. Ada kontribusi besar dari aktivitas manusia, antara lain:
-
Penebangan liar
-
Penggunaan lahan yang tidak sesuai tata ruang
-
Pembukaan kebun skala besar tanpa reboisasi
-
Pembangunan di zona rawan bencana
-
Kegiatan pertambangan
Para ahli menegaskan bahwa kombinasi faktor ini membuat Sumatra semakin rentan terhadap bencana hidrometeorologi.
H2: Dampak Banjir Bandang Sumatra Terhadap Masyarakat
Bencana banjir bandang Sumatra tidak hanya merusak lingkungan tetapi juga membawa dampak besar bagi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Dampak tersebut antara lain:
H3: Kerusakan Infrastruktur
Banyak jembatan, jalan raya, dan fasilitas publik rusak akibat terjangan air dan material longsor.
H3: Ribuan Warga Mengungsi
Rumah yang hanyut dan rusak berat memaksa warga mengungsi ke tempat aman.
H3: Aktivitas Ekonomi Lumpuh
Pertanian, perdagangan, dan transportasi berhenti total selama bencana berlangsung.
H3: Risiko Penyakit Pasca-Banjir
Genangan air dan sanitasi buruk meningkatkan risiko penyakit menular.
H2: Mengapa Sumatra Rentan terhadap Banjir Bandang?
Pakar UGM menyampaikan bahwa selain kerusakan hutan, kondisi geografis Sumatra turut mendukung terjadinya banjir bandang Sumatra. Wilayahnya memiliki kombinasi pegunungan, sungai besar, dan daerah hilir yang padat penduduk.
Selain itu, curah hujan tinggi setiap tahun menjadi pemicu tambahan. Ketika ekosistem tidak lagi sehat, potensi bencana meningkat berkali-kali lipat.
H2: Solusi Jangka Panjang untuk Mengatasi Banjir Bandang Sumatra
Pakar UGM mendorong pemerintah dan masyarakat untuk melakukan langkah nyata agar kejadian banjir bandang Sumatra tidak terus berulang.
H3: 1. Rehabilitasi Hutan Hulu
Penanaman kembali pohon adalah strategi utama untuk memulihkan daerah resapan air.
H3: 2. Penertiban Aktivitas Penebangan
Langkah tegas terhadap pembalakan liar wajib dilakukan secara berkelanjutan.
H3: 3. Peningkatan Sistem Peringatan Dini
Peringatan cepat dapat menyelamatkan ribuan nyawa.
H3: 4. Edukasi Masyarakat
Warga perlu memahami risiko tinggal di zona rawan banjir.
H3: 5. Pembangunan Infrastruktur Tahan Bencana
Desain jembatan, bendungan, dan tanggul harus mengacu pada analisis risiko terbaru.
H2: Ajakan Pakar untuk Penanganan Melibatkan Semua Pihak

Para ahli menekankan bahwa penanganan banjir bandang Sumatra tidak bisa hanya dilakukan pemerintah. Perusahaan pemilik lahan, masyarakat lokal, akademisi, dan lembaga lingkungan harus bekerja sama mengurangi risiko bencana masa depan.
Kolaborasi ini penting agar kejadian serupa dapat diminimalkan.
baca juga :Â Astronomi: 7 Fakta Penting tentang Ilmu Tertua yang Masih Berkembang di Dunia
H2: Kesimpulan
Penjelasan pakar UGM menegaskan bahwa banjir bandang Sumatra merupakan hasil dari kerusakan hutan di wilayah hulu yang berlangsung lama. Aktivitas manusia, tata ruang yang tidak sesuai, serta kurangnya pengawasan lingkungan menjadi penyebab utama. Untuk mencegah bencana serupa, diperlukan langkah pemulihan ekosistem besar-besaran serta komitmen bersama dari seluruh pihak.